Minggu, 16 Agustus 2009

MAKNA BEKERJA

"MAKNA BEKERJA"

Oleh: Joko Suharto

“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-NAhl: 97).


Manusia di dalam hidupnya akan melakukan aktifitas-aktifitas yang berupa amal-amal perbuatan, apakah itu berupa amal-amal yang baik ataupun amal-amal yang buruk. Amal-amal perbuatan manusia itu dapat berupa aktifitas bekerja ataupun bentuk perbuatan lainnya. Aktifitas bekerja tidak saja dilakukan oleh manusia, tetapi juga dilakukan oleh seluruh jenis mahluk hidup lain yang ada di alam ini. Aktifitas bekerja sangat penting artinya guna memenuhi tuntutan kebutuhan hidup, dan bentuk kegiatan itu tidak hanya berupa kegiatan yang sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum saja, tetapi masih banyak lagi bentuk kegiatan yang bertujuan untuk kepentingan lain yang berkait dengan tuntutan kebutuhan jasmani maupun rohani, baik untuk keperluan diri sendiri maupun untuk orang lain.

Mengenai kandungan makna bekerja bagi setiap orang bisa berbeda-beda tergantung dari cara pandang mereka masing-masing. Cara pandang seorang yang relegius akan berbeda dengan cara pandang seorang yang berjiwa sekuler, begitu pula cara pandang seorang pekerja aktif akan berbeda pula dengan cara pandang seorang yang pemalas. Bagi kita dalam memaknai bekerja ini hendaknya lebih berpegang pada dasar keimanan terhadap Kebesaran Allah, serta mengingat bahwa manusia hidup berfungsi sebagai khalifah di bumi yang berkewajiban untuk selalu beribadah kepada Tuhannya.

Perhatikanlah kawanan burung yang sedang terbang, pergi pagi pulang petang, dan juga induk ayam yang mengorek-ngorek tanah dengan cakar dan paruhnya, serta perhatikan pula gerak-gerik lebah yang hinggap berpindah-pindah dari bunga yang satu ke bunga yang lainnya, mereka itu semua sedang menjalani aktifitas kehidupan dengan bekerja, ya bekerja dengan cara mereka masing-masing. Lebih lanjut cobalah pula untuk memperhatikan dengan seksama wajah dan gerak-gerik binatang-binatang itu semua, tak kan nampak kelesuan, dan tak nampak pula tanda-tanda keengganan, mereka semua melakukan pekerjaan dengan lapang dada, dengan keikhlasan, tak nampak sikap penyesalan apalagi sikap pembangkangan. Mereka semua telah bertasbih meng-Agungkan Sang Pencipta, dan merekapun bekerja sebagai wujud ibadahnya kepada Sang Pemilik Jagat-Raya.

Bila kita memperhatikan ke sekeliling kita dimana akan banyak kita temui orang-orang yang sedang bekerja. Dan, Sikap bekerja dari orang-orang itu pun bisa bermacam-macam; ada yang bekerja secara tekun dan serius, untuk memperoleh hasil kerja yang sempurna; ada yang bekerja dengan santai, tak peduli terhadap hasil kerjanya; dan ada yang bekerja asal-asalan, tak bertanggung jawab; serta ada pula orang yang malas enggan bekerja tetapi inginnya memperoleh gaji ”buta”. Ada yang bekerja dengan sikap keikhlasan, namun banyak pula yang nampak bekerja dengan sikap keterpaksaan. Lalu, bagaimana dengan kita dalam menyikapi kehidupan ini?, dan bagaimana pula dalam menyikapi kewajiban untuk bekerja?.

Dengan didasari oleh nilai-nilai keagamaan maka kita akan dapat memperoleh beberapa pengertian tentang makna bekerja, yaitu antara lain sebagai berikut:

· Bekerja adalah sebagai ”Rahmat”, karena tanpa adanya Rahmat dari Allah mana mungkin kita memiliki daya untuk bekerja;
· Bekerja adalah ”Amanah”, karena hidup ini tidak hanya untuk sekedar hidup, tetapi menjalani kehidupan ini untuk melakukan segala kewajiban sesuai Perintah Allah;
· Bekerja adalah ”Ibadah”, karena kita hidup dan bekerja pada dasarnya adalah untuk mengabdi kepada Allah dan atau melakukan segala sesuatu untuk tujuan kemaslahatan bersama;
· Bekerja adalah ”amal dan Pelayanan”, karena kita bekerja bukan hanya untuk kepentingan pribadi semata tetapi justru sebaiknya lebih condong pada upaya untuk memenuhi kebutuhan orang lain;

Selain makna bekerja sebagaimana tersebut di atas, orang juga memaknai bekerja itu sebagai ”Aktualisasi diri”, sebagai ”Kehormatan dan Kepercayaan”, sebagai suatu ”Panggilan”, dan juga ada yang mengatakan bekerja sebagai suatu ”Seni”, serta beberapa pandangan lainnya.

Saudaraku, cobalah kita perhatikan keadaan diri kita, bahwa kita telah memiliki berbagai kemampuan, kita dapat melihat, dapat mendengar, dapat berpikir, dapat bergerak, dan dapat pula melakukan aktifitas-aktifitas lain. Kita telah memiliki kemampuan yang paling sempurna dibanding kemampuan mahluk-makhluk lainnya. Dan, Perlu kita sadari bahwa segala kemampuan kita itu pada hakikatnya bukanlah semata hasil karya kita sendiri, tetapi itu semua adalah anugerah dari Allah; Itulah Rahmat dari Allah!, atas Kasih-Sayang Allah bagi semua mahluk ciptaan-Nya. ”Dan Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu, sedang kamu tidak tahu apa-apa. Lalu diberi-Nya kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An Nahl: 78). Dengan Rahmat Allah itu maka kita akan dapat bekerja, melakukan segala sesuatu yang bermanfaat. Sekali lagi mari kita sadari dan syukuri, bahwa karena Rahmat Allah itulah kita sekarang hidup dan mampu beraktifitas, mampu melakukan segala sesuatu yang bermakna, menghasilkan karya-karya yang jauh lebih hebat dari hasil kerja mahluk hidup lainnya. Dengan rajin bekerja kita akan bertambah kuat, sehat dan bertambah ahli, serta akan kita peroleh pula keberuntungan-keberuntungan lainnya. ”Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridhoan) Kami, maka akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh Allah beserta orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS. Al ’Ankabut: 69).

Saudaraku, kita hidup di dunia ini telah menerima tugas sebagai Khalifah atau ”Penguasa” di bumi, sebagai mahluk yang berkewajiban memimpin, mengatur, dan memelihara alam beserta semua kehidupan yang ada di dalamnya. ”Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ’Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang sebagai khalifah di muka bumi’....”.(QS. Al-Baqarah: 30). Kita telah menerima amanah untuk hidup dan berbuat selaku pemimpin yang bertanggung jawab, yang diminta untuk peduli terhadap kondisi lingkungan dan kepentingan orang lain, untuk bekerja dan bekerja membangun kehidupan menuju kesejahteraan bersama. Sebagai khalifah di muka bumi ini, maka sungguh salah dan merugilah bila seseorang enggan bekerja dan atau tak mau melakukannya dengan penuh rasa tanggung jawab.

Kita tentu akan selalu ingat bahwa hidup kita ini pada dasarnya untuk beribadah kepada Sang Maha Pencipta. ”Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzaariyaat: 56). Jadi beribadah atau mengabdi kepada Allah adalah suatu kewajiban kita semua, dan salah satu sikap pengabdian kita adalah dengan melakukan aktifitas bekerja atau berikhtiar menghasilkan segala sesuatu yang bernilai kebaikan dan kemanfaatan. Bekerja yang bernilai pengabdian atau ibadah adalah yang dilakukan secara serius dan ikhlas, demi Allah, demi kebaikan, dan demi kebenaran; Yang berarti bilamana seseorang bekerja dengan malas, tidak disiplin atau tidak bertanggung jawab, serta tidak bersifat kebajikan, maka orang tersebut tidak melakukan ibadah kepada Allah, tetapi ia sedang mengabdi kepada dorongan hawa nafsunya saja, sehingga akan merugilah ia. ”Tidakkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, sementara Allah membiarkannya sesat .... ?”. (QS. Al-Jasiyah: 23). Karena itu saudaraku, bekerjalah dan lakukan pekerjaan itu dengan serius, tulus-ikhlas, sesuai azasnya, dan yang dilakukan dengan penuh rasa pengabdian kepada Allah Swt. Marilah kita perhatikan sabda Rosulullah Saw.: ”Kebaikan dan kenikmatan adalah bagi orang yang menyembah Tuhannya dengan sebaik-baik kepatuhan, dan melayani Tuhannya dengan tulus ikhlas”. (HR. Imam Bukhari).

Saudaraku, kita hidup tidaklah semata untuk diri kita sendiri, tetapi kita hidup dan bekerja pada hakikatnya untuk kepentingan bersama dan atau demi orang lain. Bila semakin bermanfaat keberadaan diri kita ini bagi orang lain, maka akan bertambah baiklah nilai kehidupan kita sebagai hamba Allah. Karena itu selayaknya bila kita hidup untuk selalu berusaha melakukan amal-amal shaleh, memberikan keuntungan bagi orang lain, bekerja untuk membantu, memberi dan atau melayani orang lain. Mari kita sadari bahwa memberikan layanan yang baik kepada orang lain adalah merupakan salah satu bentuk pengabdian dan pelayanan kita terhadap kehendak Allah. Dan, untuk dapat melayani dengan baik tentu dibutuhkan sikap yang tawadhu, tidak angkuh, serta didasari oleh adanya rasa kasih sayang kepada sesama. Selain itu agar kita dapat melakukan kegiatan-kegiatan bekerja secara baik dan bersungguh-sungguh maka perlu pula kita yakini bahwa kebahagiaan yang sebenarnya justru berada pada sikap memberi layanan, dan bukan pada saat menerima pemberian. ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta merendahkan diri kepada Tuhannya, mereka itu penghuni surga, dan kekal di dalamnya”. (QS. Hud: 23).

Dalam menjalani kehidupan ini hendaknya kita menjalaninya dengan bergairah, dan melakukan pekerjaan dengan bergairah pula, tidak terjerat dalam kondisi sikap yang bermalas-malas agar tak merugi dalam menempuh kehidupan kita ini. Orang yang malas dan kurang memiliki rasa tanggung jawab adalah orang yang kurang menghargai waktu serta melupakan kewajibannya sebagai hamba Allah, dan ia telah menyia-nyiakan kesempatan untuk dapat memaknai kehidupannya melalui perbuatan atau amal-amal kebajikan. Orang yang seperti ini telah lupa terhadap kesempatan hidupnya yang tak kan berlangsung lama dan ia pun lupa bahwa kesempatannya untuk dapat berbuat kebajikan juga tak kan selamanya ia peroleh, ia akan mengalami kerugian yang sangat besar bila sekiranya amal kebajikan belum sempat ia lakukan ternyata ia telah mati dijemput ajal.

Mari saudaraku kita bekerja dengan sebaik mungkin, dengan kesungguhan, dengan ketekunan, serta dengan keikhlasan, mengikuti azas dan prinsip-prinsipnya, atau dalam kata lain kita bekerja dengan sikap yang Ihsan. Hindarilah cara bekerja yang asal-asalan, karena cara bekerja yang asal-asalan bukanlah suatu perbuatan pengabdian kepada Allah, tetapi itu justru suatu perbuatan yang terbawa oleh dorongan nafsu syaitan, sadarilah itu!. Bila mana dalam kita bekerja tidak kita lakukan secara benar, lalu kapankah kita akan beribadah kepada Allah?. Hari ini kita masih hidup dan masih berkesempatan, entah hari esok kita tidak tahu!. Semoga kita dapat menjadi hamba Allah yang sebaik-baiknya. Insya Allah.


”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka Tuhan akan memberinya petunjuk karena keimanannya. Mereka di dalam surga yang penuh kenikmatan, dimana mengalir sungai-sungai di bawahnya”. (QS. Yunus: 9).



Wallahu A’lam bial-shawab.
jokosuharto@rocketmaail.com, hambarabbani,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar