Sabtu, 03 Oktober 2009

JALAN MENUJU NIKMAT

"JALAN MENUJU NIKMAT"
Oleh; Joko Suharto
"Jalan yang lurus" adalah jalannya orang-orang yang telah memperoleh nikmat, seperti kehidupan para nabi, para Waliullah, dan para hamba-hamba Allah, yaitu orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa; Yaitu jalannya orang yang menjalani kehidupannya dalam Keridhoan Allah. Dalam kata lain, "jalan yang lurus" adalah suatu jalan kehidupan orang-orang yang selamat, yang hidup dalam pengabdian kepada Tuhannya.

Dalam sejarah kehidupan para nabi, para aulia, dan atau para hamba Allah yang mencinta dan dicinta Allah, tak ada satupun dari hamba Allah itu yang menyatakan mereka hidup "tak bahagia", meski nampak dimata orang awam sepertinya mereka hidup "teraniaya", dengan berbagai "penderitaan", tetapi ternyata mereka justru hidup dengan selalu mengucap pujian atas rasa syukurnya, yang menandakan rasa kenikmatan dalam hidupnya.

"Jalan yang lurus" bukanlah jalannya orang-orang yang dimurkai oleh Allah atau jalannya orang yang sesat. Jalannya orang yang dimurkai oleh Allah adalah jalan kehidupannya orang-orang yang suka membangkang, yang jahat, serakah, dan kikir, yang angkuh dan sombong, yang suka membanggakan diri sebagaimana sifat Iblis. Sedangkan jalan yang sesat adalah kesesatan dari umat golongan di luar Islam, yang musyrik, yang jahil, tak mau menggunakan akal pikirannya secara sehat. Jadi yang tergolong jalannya orang-orang yang dimurkai dan yang sesat bukanlah hanya jalannya Fir'aun yang dzalim, atau keangkuhan bani Israil, ataupun kesesatan kaum ahlil kitab diluar Islam, tetapi tentu juga berlaku bagi mereka yang saat ini berlaku angkuh, sombong, jahil, dzalim, bahil, dan sifat buruk lainnya.

Maka, bila ada orang yang masih suka men-dzalimi orang lain, suka bertuhankan nafsu hasratnya, atau masih suka membanggakan diri dan bersikap riya', berarti orang tersebut tergolong orang yang dimurkai oleh Allah, atau tergolong sesat.

Mungkin terjadi ada orang yang berpikir atau membayangkan Tuhannya berada di atas sana, dengan bayangan bahwa dzat tuhannya bagaikan dzat material sebagaimana dzat mahluk-mahluk hidup di dunia. Dengan cara berpikir seperti itu bukankah sama saja cara pikirnya dengan golongan orang yang bertuhankan berhala?.. yang berarti sama dengan cara pikir orang-orang yang sesat !.

"Dan katakanlah, segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari penghinaan, dan agungkanlah Dia seagung-agungnya".(QS.Al Isra: 111)

Bila kita perhatikan, ada saja orang yang menyatakan Allah tuhannya, tetapi kenyataannya dia masih bersandar dan memuja Pejabat atau jabatan, bersandar atau memuja harta benda, atau barangkali juga berlaku musyrik. lalu kalau seperti itu kelakuannya apakah orang tersebut sebagai orang yang berjalan dijalan yang lurus?, atau apakah orang tersebut telah beriman tauhid?. Sangat halus bisikan Iblis!.

"Segala puji milik Allah, Tuhan penguasa alam semesta, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada-Mu kami mengabdi, dan kepada-mu kami memohon pertolongan.

Mengingat sulitnya untuk dapat tetap berjalan di "Jalan yang lurus", maka kita di tuntut untuk bersungguh-sungguh mengatasi dan mengendalikan dorongan hawa nafsu hasratnya yang menggoda, dan menyakini se yakin-yakinnya bahwa Allah memberi janji-Nya untuk memberi petunjuk kepada mereka yang yang mau berjuang secara sungguh-sungguh di jalan Allah untuk mencapai NIKMAT.

"Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridhoan) Kami. dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik".(QS.Al-Ankabuut: 69).

Wallahu a'lam bial shawab

jokosuharto@rocketmail.com
hambarabbani.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar